Saturday, September 14, 2013

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
BUDIDAYA TANAMAN BUAH NAGA

 

Oleh :
Ikah Safari
NIM A0B010003




KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Budidaya Tanaman Buah Naga”
Makalah ini berisikan tentang informasi Budidaya Tanaman Buah Naga atau yang lebih khususnya membahas tentang segala macam perlakuan yang bisa diberikan kepada tanaman buah naga. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang pengolahan pada tanaman buah naga.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.



Purwokerto, 3 Desember 2012


Penulis
I.             PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Buah naga atau lazim juga disebut pitaya, terakhir ini menjadi salah satu buah yang popular di kalangan masyarakat. Buah yang termasuk kelompok kaktus atau family cactaceae ini sangat digemari oleh masyarakat untuk  konsumsi. Rasa yang manis dan segar pada buah naga membuat para konsumennya ketagihan, buah naga juga memiliki berbagai khasiat obat yang bermanfaatkan bagi kesehatan tubuh.
Menurut Mahadianto (2007) buah naga memiliki cukup banyak khasiat bagi kesehatan diantaranya sebagai penyeimbang kadar gula darah, membersihkan darah, menguatkan ginjal, menyehatkan lever, perawatan kecantikan, menguatkan daya kerja otak, meningkatkan ketajaman mata, mengurangi keluhan panas dalam dan sariawan, menstabilkan tekanan darah, menguragi keluhan keputihan, mengurangi kolesterol, mencegah kanker usus serta mencegah sembelit dan memperlancar feses.
Selain kandungan vitamin C yang tinggi, buah naga mengandung 80% air (Simatupang, 2007). Zat nutrisi lain yang terkandung di dalam buah naga ialah serat, kalsium, zat besi, fosfor yang cukup bermanfaat untuk mengatasi penyakit darah tinggi. Buah naga yang berdaging merah juga baik untuk memperbaiki penglihatan mata karena mengandung karotenoidnya yang tinggi. Fitokimia di dalam buahnya juga diketahui dapat menurunkan resiko kanker.
Buah naga memilki nilai ekonomi yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan buah yang lain. Hal ini menjadi peluang usaha bagi investor domestik untuk melakukan pembudidayaan buah naga dengan skala yang cukup besar. Buah naga mulai dikembangkan di tanah air serta memiliki peluang besar untuk disebarluaskan. Beberapa sentra agribisnis buah naga mulai berkembang antara lain malang, delanggu, kulonprogo, dan DI Yogyakarta (Purba, 2007).
Kondisi iklim dan keadaan tekstur tanah di Indonesia mendukung untuk pengembangan agribisnis buah naga. Komoditas ini mempunyai prospek yang cerah untuk peluang komoditas ekspor dan pasarnya masih terbuka lebar serta memiliki potensi yang sangat baik dikembangkan di Indonesia (Deptan, 2005).
Terdapat empat jenis buah naga yang dikembangkan yaitu buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis) dan buah naga kulit kuning daging putih (Selenicereus megalanthus). Masing-masing buah naga memiliki karakteristiknya sendiri. Dari buah naga yang dikembangkan tersebut buah naga Hylocereus polyrhizus lebih sering dibudidayakan karena memilki kelebihan tersendiri yaitu ukuran buah buah lebih besar dan warna daging lebih menrik. Sedangkan buah naga yang jarang dibudidayakan adalah bauah naga Selenicereus megalanthus karena ukuran buah yang relatif kecil walaupun rasanya paling manis diantara jenis yang lain.
Persilangan diantara kedua jenis buah naga tersebut kemungkinan bisa dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis buah naga. Persilangan merupakan cara paling populer untuk meningkatkan variasi genetik karena relatif mudah, murah dan efektif untuk dilakukan ( Anonim, 2007). Saat ini persilangan buah naga jenis Hylocereus polyrhizus dan Selenicereus megalanthus masih jarang dilakukan, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui adanya kompatibilitas persilangan buah naga tersebut.
Dari keempat jenis buah naga tersebut, buah naga daging putih paling digemari dan diminati. Selain bentuk dan ukurannya yang lebih besar, buah naga daging putih juga lebih segar karena rasa masamnya yang khas. Buah naga yang berasal dari jenis tanaman rumpun kaltes ini berasal dari Israel, dan terus dikembangkan di Australia, Thailand dan Vietnam. Morfologi tanaman buah naga terdiri dari akar, batang, duri dan bunga serta buah. Akar buah naga hanyalah akar serabut yang berkembang di dalam tanah di batang atas sebagai akar gantung. Akar tumbuh di sepanjang batang di bagian punggung sirip di sudut batang. Di bagian duri muncul ini akan tumbuh bunga yang bentuknya mirip bunga Wijayakusuma. Bunga yang tidak rontok berkembang menjadi buah. Buah naga bentuknya bulat agak lonjong seukuran dengan buah alpukat. Kulit buahnya berwarna merah menyala untuk jenis buah naga putih dan merah, berwarna merah gelap untuk buah naga hitam dan berwarna kuning untuk buah naga kuning. Di sekujur kulit dipenuhi dengan jumbai-jumbai yang dianalogikan dengan sisik seekor naga, oleh sebab itu, buah ini disebut buah naga. Batangnya berbentuk segitiga, durinya pendek sekali dan tidak mencolok, sampai mereka dianggap "kaktus tak berduri".
B.     Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah tentang buah naga ini antara lain:
1.      Agar para petani buah naga bisa memperoleh sedikit pengalaman setelah membacanya
2.      Mengarahkan penanaman buah naga ke tren organik, karena dengan budidaya organik dapat dihasilkan buah dengan kualitas yang lebih baik.
3.      Memberi tahu teknik budi daya tanaman buah naga yang baik dan benar sehingga bisa diperoleh hasil yang maksimal bagi para petaninya.
C.    Manfaat

   Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, serta bisa memberikan pengetahuan yang bisa dimanfaatkan dalam budidaya buah naga (dragon fruit). Buah naga yang ada saat ini diharapkan bisa berkembang dan menghasilkan kualitas yang semakin baik, sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar akan tingginya permintaan buah ini. Sangat diharapkan makalah ini bisa memberi manfaat yang positif untuk pembacanya.


II.          PEMBAHASAN

A.    Mengenal Buah Naga

Belum banyak orang yang mengenal buah naga, hanya kalangan tertentu yang memanfaatkan buah ini untuk kegiatan keagamaan maupun untuk konsumsi. Kini popularitas buah naga meroket karena, bentuknya yang unik, baik buahnya maupun tanamannya. Buah naga memang pendatang baru di dunia buah-buahan tanah air. Tanaman buah naga berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Dragon fruit mulai diperkenalkan di Indonesia pada dekade 90-an, lantaran bentuknya yang eksotik, aroma harum, dan rasa yang manis membuat buah kaktus madu tersebut semakin mendapat tempat tersendiri di hati pecinta buah-buahan di Indonesia. Ketersediaan buah naga masih langka di pasaran, dan mulai meluas dikenal di Indonesia awal tahun 2000-an yang saat itu didatangkan dari Thailand.
Buah naga (Inggris: pitaya) adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, namun sekarang juga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Buah ini juga dapat ditemui di Okinawa, Israel, Australia utara dan Tiongkok selatan. Hylocereus hanya mekar pada malam hari.
Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang Cina buahnya dianggap membawa berkah. Oleh sebab itu, buah ini selalu diletakkan di antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar. Warna merah buah jadi mencolok sekali di antara warna naga-naga yang hijau. Dari kebiasaan inilah buah itu di kalangan orang Vietnam yang sangat terpengaruh budaya Cina dikenal sebagai thang loy (buah naga). Thang loy orang Vietnam ini kemudian diterjemahkan di Eropa dan negara lain yang berbahasa Inggris sebagai dragon fruit (buah naga).
Buah naga mulai masuk pasaran, sehingga gampang dijumpai di swalayan di seluruh nusantara. Selain rasanya yang manis, buah naga juga memberi manfaat besar bagi tubuh manusia yaitu banyak mengandung vitamin dan mineral penting bagi tubuh. Tak heran jika permintaan konsumen untuk buah naga semakin hari semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, buah naga kini marak di kebunkan. Penanaman buah naga tersebar dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, hingga Kalimantan. Selain di lahan yang luas, buah naga juga dapat diusahakan di lahan sempit seperti halaman rumah dengan menggunakan pot.
Tanaman buah naga pada awalnya dipergunakan sebagai tanaman hias karena sosoknya yang unik, eksotik, serta tampilan bunga dan buah yang menarik. Bunganya cukup unik mirip dengan bunga wijayakusuma, berbentuk corong.
Bunga buah naga akan berkembang menjadi buah dengan tampilan buahnya berkulit merah serta bersisik. Sejak penduduk asli mengetahui bahwa buah naga bisa dimakan dan rasanya enak, mereka pun mengkonsumsi buah naga sebagai buah-buahan segar di meja hidangan. Buah naga diperkenalkan di Indonesia pada dekade 90-an.
Keberadaan buah naga bila dibandingkan dengan Vietnam dan Thailand masih sangat minim, hal ini disebabkan karena buah naga belum dikenal luas oleh masyarakat dan teknik budi dayanya yang baik belum diketahui.
Buah naga semakin naik daun lantaran dipicu oleh impor buah naga dari Thailand yang semakin membludak di pasar buah-buahan Indonesia. Semakin banyak yang minat terhadap buah naga, melihat peluang tersebut para pekebun buah mulai mengembangkan budi daya buah naga di Indonesia. Penanaman buah naga sudah sampai ke Papua, meluasnya penanaman buah naga ini karena teknik budi dayanya cukup mudah dilakukan sekaligus didukung oleh iklim tropis Indonesia yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan buah naga.
Budi daya buah naga di Indonesia pada umumnya masih menggunakan bahan kimia, artinya proses budi daya masih menggunakan pupuk kimia (anorganik), seperti urea, fosfor (P), kalium (K), atau NPK, zat pengatur tumbuh, pestisida, dan bahan kimia lain yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman buah naga. Sayangnya, budi daya tanaman menggunakan bahan kimiawi tersebut membawa dampak negatif, baik dari segi kesehatan, kelestarian lingkungan, maupun segi ekonomi.
Penggunaan bahan kimia yang berlebihan dapat merusak tingkat kesuburan tanah. Tekstur tanah akan menjadi keras dan kurang subur. Penggunaan pestisida dapat berakibat pada kematian serangga-serangga penyerbuk, selain itu hama akan menjadi resisten terhadap pestisida tertentu. Penggunaan pestisida dosis tinggi atau berlebihan mengakibatkan timbulnya residu bahan kimia dalam buah.

B.     Kegunaan Buah Naga

Buah naga memiliki aneka manfaat dan kegunaan, baik dari aspek gizi dan kesehatan, religi, estetika, dan ekonomi. Buah naga mengandung banyak zat gizi terutama vitamin dan mineral esensial. Beberapa jenis buah naga (daging merah) juga banyak mengandung antioksidan yang baik untuk mencegah penyakit kanker.
Beberapa kandungan buah naga yang penting bagi kesehatan antara lain vitamin C, kalsium, fosfor, serta serat. Vitamin C paling tinggi terdapat pada buah naga putih jenis Hylocereus undatus. Kandungan fosfor dan serat yang paling tinggi terdapat pada Hylocereus polyrhizus, atau lebih dikenal sebagai buah naga merah, sedangkan kandungan kalsium palinf tinggi terdapat pada buah naga kuning (Selenicereus megalanthus), jenis ini jarang ditanam di Indonesia.
Buah naga dapat digunakan untuk mengatasi atau mencegah penyakit kanker usus besar, diabetes, hipertensi, osteoporosis, ginjal, menurunkan kolesterol, dan sebagainya. Mengkonsumsi buah naga secara rutin dapat menghindarkan kita dari serangan penyakit-penyakit tersebut. Buah naga juga banyak yang dimanfaatkan untuk kegiatan religi.
Buah naga juga berperan dalam berbagai kegiatan keagamaan terutama yang dilakukan etnis Tionghoa. Menjelang berbagai acara keagamaan terutama menjelang tahun baru, biasanya masyarakat Tionghoa memerlukan buah naga, selain itu buah naga banyak dihidangkan dalam acara-acara lain seperti peringatan Natal dan tahun baru masehi. Manfaat estetika dapat dilihat dari bentuk tanaman dan bentuk buah. Tanaman buah naga pada dasarnya merupakan tanaman hias yang sangat baik di tanam di halaman rumah sebagai penambah keindahan rumah.

C.    Botani Buah Naga
Buah naga merupakan kelompok tanaman kaktus atau family Cactaceae (subfamily Hylocereanea), dan termasuk genus Hylocereus yang terdiri dari beberapa spesies di antaranya dalah buah naga yang biasa dibudidayakan dan bernilai komersial tinggi. Secara lengkap, klasifikasi buah naga disajikan sebagai berikut:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Kelas: Hamamelidae
Ordo: Caryophyllales
Famili: Cactaceae (suku kaktus-kaktusan)
Genus: Hylocereus
Spesies: - Hylocereus undatus (Haw.)Britt.Et R (daging putih)
-   Hylocereus polyrhizus (daging merah)
-   Hylocereus costaricensis (daging super merah)
-   Selenicereus megalanthus (kulit kuning, daging putih, tanpa sisik)
Di antara keempat jenis buah naga di atas, hanya tiga jenis pertama yang banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu H. undatus, H. polyrhizus,dan H. costaricensis. Hylocereus undatus paling banyak ditanam lantaran jenis ini yang pertama kali masuk ke Indonesia. Secara morfologis, tanaman buah naga termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun. Untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan gurun tanaman buah naga memiliki duri di sepanjang batang dan cabangnya guna mengurangi penguapan.
Tanaman buah naga merupakan tanaman memanjat dan bersifat epifit, di habitat aslinya tanaman ini memanjat tanaman lain untuk tumbuh. Meskipun akar nya di dalam tanah dicabut, tanaman buah naga masih bisa bertahan hidup karena terdapat akar yang tumbuh di batang. Morfologi tanaman buah naga dari akar, batang dan cabang, bunga, buah, serta biji: 
1.         Akar
Pada umumya perakaran buah naga dangkal, yaitu berkisar 20-30 cm, namum menjelang produksi buah biasanya perakaran bisa mencapai kedalaman 50-60 cm mengikuti perpanjangan batang berwarna cokelat yang tertanam di dalam tanah. Buah naga mampu bertahan di daerah kering karena kemampuan akar beradaptasi dengan baik pada kondisi kekeringan, namun akar tanaman buah naga umumya tidak tahan terhadap genangan air dalam jangka waktu yang lama. Buah naga juga memiliki akar yang tumbuh di batang, akar tersebut biasanya disebut akar aerial (akar udara), yang berfungsi untuk menempel dan merambatnya pada tanaman lain.
Umumnya, tanaman buah naga menghendaki pH tanah yang normal (pH 6-7). Pada pH tersebut tanaman akan tumbuh subur dan mampu berproduksi dengan baik. Beberapa literature menyebutkan bahwa akar tanaman buah naga peka terhadap kemasaman tanah.
2.          Batang dan cabang
Tanaman buah naga merupakan tanaman perennial, tumbuh cepat, merambat, dan tidak berdaun. Batang buah naga berwarna hijau tua dan besegmen- segmen, batang buah naga kebanyakan triangular (bersudut tiga) namun terkadang ditemukan bersudut empat atau lima. Batang buah naga tidak berkayu dan kebanyakan berduri. Tanaman buah naga dapat tumbuh mencapai 6 meter jika dibiarkan, namun pada umumnya hanya mencapai 2-3 meter saja karena batang pokok dipangkas untuk pembentukan cabang produksi.
3.         Buah
Buah naga berbentuk lonjong agak mengerucut (oblong) atau secara umum disebut bentuk berry. Buah tanaman ini mempunyai variasi warna, mulai dari kuning, pink, sampai merah. Selain warna kulit buah, warna daging buahnya pun beragam, ada yang berwarna putih, kuning, dan merah/ merah muda.
Sesuai dengan warna daging buah tersebut, buah naga dibedakan menjadi buah naga putih (white pitaya), buah naga kuning (yellow pitaya), dan buah naga merah (red pitaya).
4.         Biji
Biji buah naga berwarna hitam dengan bentuk bulat, pipih, dan sangat keras. Setiap buah mengandung lebih dari 1000 biji, berbeda dengan buah berbiji lainnya biji buah naga yang kecil dapat dimakan bersama dengan daging buahnya.
D.    Syarat Tumbuh dan Perbanyakan Bibit
Pesyaratan untuk penanaman buah naga meliputi unsur-unsur iklim, yaitu ketinggian tempat, temperatur, curah hujan, intensitas cahaya, kelembapan udara, dan kecepatan angina. Sifat tanah yang perlu diperhatikan antara lain: struktur tanah, tekstur tanah, kemasaman tanah (pH), salinitas, dan bahan organik.
-          Tanaman buah naga dapat tumbuh pada ketinggian 0-2750 meter dpl. Ketinggian optimum adalah 0-800 meter dpl.
-          Mampu hidup pada suhu 0-40 °C, suhu udara terbaik 20-35°C.
-          Mampu hidup pada daerah kering hingga basah dengan CH 340 - 3.000 mm/th. Optimum 1.500 – 2.500 mm/th.
-          Intensitas di atas 90%
-          Kelembapan udara relative antara 70 – 95%.
-          Tidak banyak dipengaruhi angin, relative tahan terhadap kecepatan angin.
-          Menghendaki struktur remah, porositas tinggi
-          Tekstur yang seimbang, tekstur lempung berpasir atau pasir berlempung.
-          Tahan terhadap salinitas tinggi, cocok di daerah pantai.
-          Memiliki bahan organik memadai, BO sebesar 5%
Perbanyakan bibit buah naga dapat diperoleh dengan cara perbanyakan secara biji (generatif) dan setek batang (vegetatif), cara perbanyakan buah naga sebagai berikut:
1.      Perbanyakan Generative (Biji)
Cara perbanyakan menggunakan biji buah naga dilakukan karena dapat diperoleh bibit dalam jumlah besar (1 buah berisi minimal 1000 biji), namun cara ini kurang popular dan jarang digunakan karena membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan bibit siap tanam di lapang. Biji juga harus berasal dari buah yang sehat dan matang di pohon. Seleksi biji yang berkualitas juga sulit dilakukan lantaran ukuran biji yang kecil dan penampakannya mirip.
2.      Perbanyakan Vegetatif (Setek Batang)
Perbanyakan vegetatif yang berhasil pada tanaman buah naga adalah setek batang atau cabang. Perbanyakan setek memiliki tingkat keberhasilan bibit bertahan hidup lebih tinggi, pertumbuhannya lebih cepat, dan  bibit yang dihasilkan berkualitas tinggi karena serupa dengan induknya.
Keberhasilan setek ditentukan oleh calon batang, calon batang yang digunakan harus dalam kondisi yang sehat, tua, dan sudah pernah berbuah minimal 3-4 kali. Hindari menggunakan batang yang muda, selain pertumbuhannya yang lambat, batang muda juga masih banyak mengandung air sehingga mudah busuk dan terkena penyakit.
Cara:
-          Setek dibuat dengan memotong batang tanaman sepanjang 15-20 cm.
-   Potongan bagian atas diolesi dengan fungisida, sedangkan potongan bagian bawah diolesi dengan perangsang tumbuh, misalnya Rootone F. air kencing sapi, atau bawang merah.
-         Sebelum ditanam setek sebaiknya diletakkan di tempat yang lembap dan teduh selama beberapa hari.
Setek sebaiknya ditanam langsung pada polybag agar memudahkan pemeliharaan dan pemindahan. Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah atas, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2: 1: 1, dapat pula ditambahkan pupuk NPK. Tanah dan pasir yang akan digunakan untuk campuran media sebaiknya dijemur kering selama beberapa hari untuk mematikan hama dan penyakit.
Penanaman stek sebaiknya sekitar seperempat panjang stek atau sekitar 4-5 cm terbenam tanah. Setelah ditanam, polybag ditempatkan di tempat yang teduh untuk memudahkan  adaptasi bibit. Pemeliharaan stek setelah ditanam harus dilakukan, antara lain:
-          Melakukan penyiraman atau pemberian air secukupnya, terutama musim kemarau. Sangat butuh air untuk menumbuhkan tunas.
-          Tunas tumbuh 1-2 cm, lakukan pemupukan dengan NPK 15-15-15 sebanyak 5-10 gram.
-          Menjaga bibit dari serangan hama dan penyakit, terutama dengan menjaga sanitasi dan drainase lahan karena bibit rentan terhadap penyakit layu atau penyakit busuk batang.
Bibit stek dipelihara hingga tunas cukup panjang, yaitu sekitar 10-15 cm, setelah itu bibit mulai diaklimatisasi dengan menempatkannya di tempat terbuka agar bibit siap berkembang di lahan selama 1-2 minggu maka bibit sudah siap tanam.
Dalam pemeliharaan bibit perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
-          Bibit berasal dari tanaman induk yang terpercaya.
-          Bibit yang digunakan adalah bibit yang pertumbuhannya baik, bertunas tunggal, dan memiliki tunas dengan panjang minimal 15 cm.
-          Bibit tidak mengalami kerusakan akibat hama dan penyakit.
-          Bibit tidak mengalami stress selama dalam proses pemindahan.
E.     Bertanam Buah Naga di Kebun
1.      Pengolahan Lahan
Lahan yang diolah akan mendukung pertumbuhan tanaman buah naga agar dapat tumbuh dan berkembang optimal serta berproduksi maksimal. Pengolahan lahan memiliki manfaat antara lain: membuat lahan menjadi gembur, membunuh hama dan penyakit, membuang gas-gas dalam tanah yang berbahaya bagi tanaman. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan tanah:
-          Lahan dibersihkan dari semak belukar, sisa-sisa tanaman, bebatuan dan berbagai pengganggu lainnya.
-          Lahan kemudian dicangkul dan dibalik untuk meningkatkan aerasi tanah serta membuang gas-gas berbahaya bagi tanaman
-          Tanah dihaluskan, bongkahan-bongkahan tanah dihancurkan hingga menjadi struktur yang lebih kecil.
-          Buat bedengan dengan arah barat-timur. Lebar bedengan dapat 1 m atau 4 meter. Tinggi bedengan sekitar 30-50 cm.
-          Jarak antar bedengan 50-100 cm dibuat parit untuk pengairan
-          Lahan yang telah siap dibiarkan beberapa hari terkena sinar matahari sebelum ditanami.
2.      Penentuan Jarak Tanam
Prinsip dalam jarak tanam adalah: (a) tidak boleh terlalu rapat, karena akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta rentan terhadap hama dan penyakit, (b) tidak boleh terlalu jarang karena akan merugikan secara ekonomis, (c) perhatikan kesuburan lahan.
Jarak tanam sangat mempengaruhi jumlah tanaman, jarak tanam system tunggal yang paling rapat sebaiknya tidak kurang dari 2x2 meter, sedangkan jarak tanam paling longgar sebaiknya tidak lebih dari 4x4 meter. Jarak tanam system kelompok dianjurkan dalam barisan berjarak 30-50 meter dan antar barisan 2-4 meter. Jumlah tanaman per tiang juga menentukan jumlah tanaman pada system tunggal. Setiap tiang panjatan tidak hanya diisi satu tanaman saja, tetapi 2-4 tanaman.
3.      Pembuatan Lubang Tanam dan Tiang Panjatan
Tiang panjatan yang baik harus awet, karena umur produksi tanaman mencapai 15 tahun, tiang panjatan yang paling baik terbuat dari beton cor yang dilengkapi denga besi dan  ban bekas.  Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60-80 cm x 60-80 cm dengan kedalaman 25-30 cm. Buat lubang kecil pada bagian tengah lubang tanam, sebesar 10x10 cm dengan kedalaman 15 cm, lubang ini berfungsi untuk menanam tiang panjatan. Bagian bawah tiang panjatan sebaiknya dilapisi dengan plastic agar tidak kena rayap. 
F.     Pemeliharaan Tanaman
Bibit yang telah berhasil ditanam maka tetap harus mendapatkna pemeliharaan secara teratur. Pemeliharaan meliputi pengairan, penulaman tanaman, pengaturan letak dan pengikatan batang/ cabang, pemupukan susulan, pemangkasan cabang, serta seleksi bunga dan buah. Proses pemeliharaan dilakukan sampai memasuki masa panen tanaman buah naga.
1.      Pengairan
Umumnya pengairan dilakuka dengan system tadah hujan, namun tanaman buah naga tetap memerlukan air yang cukup selama pertumbuhannya. Kekurangan air pada masa vegetatif dapat menyebabkan tanaman layu dan susah bertunas. Selama masa vegetatif tanaman disiram 1 minggu sekali sampai umur tanaman 6 bulan.
Masa generatif telah muncul bunga dan buah maka penyiraman dilakukan 10-14 hari sekali. Kekurangan air pada masa generative dapat menimbulkan kerontokan bunga dan buah yang terbentuk tidak sempurna, namun kelebihan air pada masa ini akan menyebabkan buah kurang manis dan mudah pecah. Penyiraman dilakukan pada pagi hari dan sore hari pada pukul 06.00 dan 17.00. volume pemberian antara 3-5 liter per lubang tanam, penyiraman dilakukan dengan membasahi sekeliling tanaman hingga kondisi tanah tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering.
2.      Penyulaman  
Penyulaman berarti mengganti tanaman yang telah mati akibat serangan hama, penyakit, maupun penyebab yang lain. Tanaman yang disulam biasanya busuk pangkal batang, tidak tumbuh, kerusakan fisik, dan gejala kerusakan lain yang menyebabkan tanaman tidak berproduksi dengan baik. Penyulaman bertujuan agar jumlah tanaman yang dapat berproduksi optimal dan efisiensi lahan tetap tinggi. Penyulaman biasanya dilakukan seminggu setelah bibit dipindah ke lapang.
3.      Pengikatan Batang atau Cabang
Pengaturan letak batang atau cabang turut berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman. Pengaturan dilakukan dengan pengikatan batang/ cabang, pengikatan batang yang terlambat mengakibatkan petumbuhan batang melengkung dan tidak teratur. Pengikatan dilakukan setiap 20-25 cm pada batang atau cabang agar batang tetap mengarah ke arah atas. Proses pengikatan sebaiknya jangan terlalu kencang agar tidak menyebabkan batang terjepit atau patah, dengan demikian diharapkan akar udara lebih mudah menempel pada tiang rambatan sehingga memperkokoh tanaman seutuhnya. Pengikatan biasanya dilakukan pada saat tinggi tanaman 50-60 cm.
4.      Pemupukan Susulan
Pupuk ibarat makanan atau nutrisi tambahan bagi tanaman, meskipun tanah telah menyediakan hara tetapi ketersediaan hara biasanya tidak mencukupi untuk menunjang perkembangan tanaman selanjutnya. Untuk memenuhinya maka perlu adanya pupuk susulan (tambahan), untuk penanaman system organik pemupukan tentu berdeda dengan system penanaman anorganik. Penanaman organik haya menggunakan bahan-bahan organik saja seperti pupuk kandang dari kotoran sapi, kambing atau kompos tanpa menggunakan pupuk berbahan kimia buatan seperti NPK, dan urea. Pupuk kandang diberikan sebangnyak 2-5 kg pertanaman dengan interval pemberian 2-3 bulan sekali.
5.      Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk memperoleh bentuk tanaman yang baik sehingga akan memperoleh pertumbuhan tanaman yang baik pula, selain itu pemangkasan dilakukan untuk membuang bagian yang sudah tidak produktif lagi, seperti cabang kerdil alatu lurus. Bagian yang tidak produktif akan menghambat pembentukan tunas baru dan buah karena berkompetensi dengan batang produktif dalam memperoleh hara.
Pemangkasan vegetatif dilakukan untuk membentuk batang dan percabangan yang baik, sementara pemangkasan generatif dilakukan untuk membentuk cabang produktif.
6.      Seleksi Bunga dan Buah
Tanaman buah naga mulai belajar berbunga pada akhir bulan k3-7 dan ke-8 setelah tanam di lahan pada cabang produktif akan muncul kuntum bunga seukuran kelingking. Pada fase ini diperlukan pemupukan tambahan dengan kadar P dan K yang tinggi seminggu sekali selama 8 minggu, pengairanpun perlu diatur setidaknya 2 minggu sekali untuk mencegah kerontokan bunga.
Bunga akan muncul lebih dari 1 pada setiap cabang produktif, karenanya perlu dilakukan seleksi bunga pawa waktu masih kecil. Pertahankan 2-3 bunga saja per cabang dengan jarak antar kuntum bunga 30 cm, bunga yang dipertahankan adalah bunga yang besar, sehat, warna cerah, dan segar serta usahakan yang menghadap ke matahari.
7.      Sanitasi Kebun
Salah satu pemeliharaan kebun yang sering terlupakan adalah sanitasi atau kebersihan kebun. Sanitasi bertujuan untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit, kebun yang kotor akan memudahkan penyakit mudah menyerang tanaman seperti busuk batang, hama lalat buah dengan mudah bisa menyerang saat munculnya buah.
Kebersihan kebun bisa dilakukan dengan menyiangi rumput secara teratur di sekitar penanaman buah naga dan tidak membiarkan sampah menumpuk di areal penanaman. Penumpukan bekas pangkasan bisa menjadi sarang lalat dan bekicot.
G.    Hama dan Penyakit
1.      Hama
Hama yang sering menyerang tanaman buah naga antara lain sebagai berikut:
a.       Tungau (Tetranychus sp)
Tungau (Tetranychus sp), berukuran sangat kecil tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polybag). Serangga dewasa panjangnya sekitar 1 mm dengan bentuk yang mirip laba-laba dan aktif di siang hari dan siklus hidup tungau berkisar 14-15 hari. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan cara disemprot dengan pestisida nabati seperti, nimba, eceng gondok, atau rumput laut untuk mengendalikan tungau.
b.      Kutu kebul
Serangga dewasa berukuran 1-1,5 mm berwarna putih dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung, biasanya berkelompok pada bagian permukaan bawah cabang. Gejala kerusakan biasanya berupa bercak nekrotik pada cabang akibat rusaknya sel-sel dan jaringan batang. Pengendalian hama ini bisa dilakukan dengan teknis seperti menanami pinggiran lahan dengan tanaman jagung atau bunga matahari sebagai pembatas dan memperbanyak populasi agen hayati, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang terutama bukan family Solanaceae, seperti tomat, cabai, kentang dan mentimun.
c.       Kutu sisik
Hama kutu sisik (Pseudococcus sp.) umumnya berada pada bagian cabang yang tidak terkena sinar matahari langsung, cabang yang terserang akan terlihat kusam dan biasanya menyerang pada sela-sela tanaman yang ternaungi.
d.      Kutu batok
Hama kutu batok (Aspidiotus sp.) menyerang tanaman dengan menghisap cairan pada batang atau cabang yang menyebabkan cabang berubah menjadi berwarna kuning. Pengendaliannya dapat dilakukan menggunakan cara yang sama dengan kutu kebul dan kutu sisik, atau dengan menyemprotkan larutan belerang pada batang yang terkena kutu.
e.       Bekicot
Hama bekicot sangat merugikan tanaman buah naga karena merusak batang atau cabang, terutama pada saat musim kemarau. Bekicot menggerogoti sehingga batang menjadi layu, penyebab hama ini karena sanitasi lingkungan yang kuran bersih. Pengendaliannya dapat dilakukan secara manual, yaitu mengambil satu persatu bekicot yang ada.
f.       Semut
Pada umumnya, semut akan muncul pada saat tanaman buah naga mulai berbunga, karena aroma khas yang dikeluarkan bunga akan mengundang semut berdatangan. Bunga juga menghasilkan zat yang berasa manis, semut mulai mengerubungi bunga yang baru kuncup dan menyebabkan kulit buah berbintik biktik cokelat. Pencegahan buah naga dari semut adalah dengan menaburkan kabur mengelilingi batang utama buah naga.
g.      Burung
Gangguan burung pada buah naga umumnya jarang terjadi dan tidak perlu dikhawatirkan, biasanya burung menyerang buah yang telah matang pata bagian atas, jika memungkinkan pembungkusan buah dengan plastik atau kain kasa transparan dapat mencegah serangan burung tersebut.
2.      Penyakit
a.       Busuk pangkal batang
Menyerang pada awal penanaman dengan gejala berupa pembusukan pada pangkal batang sehingga mengakibatkan batang berair dan berwarna kecoklatan dan biasanya diikuti adanya bulu putih di sekitar daerah yang terserang. Busuk disebabkan karena keadaan yang terlalu lembab sehingga muncul jamur yang menyebabkan kebusukan yaitu Sclerotium rolfsii Sacc. Penyakit ini sering terjadi pada bibit stek yang belum tumbuh akar dalam bentuk potongan.
b.      Busuk bakteri
Tanaman tampak layu, kusam, terdapat lender putih kekuningan pada tanaman yang mengalami pembusukan. Disebabkan oleh Pseudomonas sp., pengendaliaannya dengan cara mencabut tanaman yang sakit.
c.       Fusarium
Penyakit yang disebabkan oleh Fusarium oxysporium Schl, gejalanya antara lain cabang tanaman berkerut, layu dan busuk berwarna cokelat. Pencegahan dengan menjaga lahan agar tidak tergenang oleh air, jika sudah terlanjur terserang maka pangkaslah bagian tanaman dan buang.
H.    Memanen Buah Naga
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan panen, misalnya waktu yang tepat untuk panen, dan cara panen yang benar.
1.      Pemanenan buah naga
Musim panen buah naga biasnya diatur pada bulan September hingga Maret, hal ini berhubungan dengan meningkatnya permintaan kebutuhan saat Natal, tahun aru Cina, dan hari besar lainnya.
Ciri-ciri buah siap panen:
a.       Umur tanaman sejak kuntum bunga hingga berbuah telah mencapai 50-55 hari
b.      Pemanenan pada tanaman buah naga dilakukan pada buah yang memiliki ciri-ciri warna kulit buah merah mengkilap dengan sisik berubah warna dari hijau menjadi kemerahan.
c.       Mahkota buah telah mengecil
d.      Kedua pangkal buah keriput (kering)
e.       Bentuk buah bulat sempurna dan besar, bobot buah diperkirakan 400-600 g. 
2.      Waktu panen
Lakukan pemanenan buah naga pada pagi hari (pukul 09.00-11.00) atau sore hari (15.00-17.00), sebaiknya dilakukan pada cuaca yang cerah.
3.      Cara pemanenan
Tahap-tahap pemanenan buah naga adalah:
a.       Kenakan sarung tangan saat akan memetik buah agar tidak melukai kulit buah.
b.      Siapkan gunting pangkas ranting yang salah satu sisinya tajam untuk memanen buah.
c.       Potong buah pada tangkainya tanpa merusak percabangan yang merupakan letak buah tersebut.
d.      Untuk buah yang memiliki tangkai panjang maka pemetikannya lebih mudah, potong tangkai buah antara buah dan cabang kemudian buang tangkainya.
e.       Usahakan buah yang telah dipanen tidak terjatuh, bila pohon mulai meninggi maka pemanenan bisa dibantu dengan menggunakan tangga.
f.       Bungkus buah yang telah dipanen dengan koran atau langsung dimasukkan ke dalam kotak. Tujuannya untuk mencegah gesekan atau benturan antar buah yang dapat menyebabkan buah memar.
g.      Letakkan buah pada posisi berdiri dengan tangkai buah menghadap bawah.
h.      Lapisi setiap lapisan buah dengan bantalan yang sama, tinggi tumpukan buah hendaknya tidak terlalu tinggi yakni cukup 2-3 susun saja.
Kelas sortasi:
-          Super, bobot buah > 500 g
-          Kelas A, bobot buah 400-500 g
-          Kelas B, bobot buah 300-400 g
-          Kelas C, bobot buah <300 g
Untuk memudahkan penyortiran selain timbangan juga bisa dengan menggunakan gelang yang dibuat sendiri dari kawat atau plastik yang disesuaikan dengan ukuran masing-masing kelas.

III.             KESIMPULAN

Sejak masuk ke Indonesia pada tahun 2000-an pamor  buah naga kian memuncak, pada awalnya buah naga berdaging putih yang banyak ditemukan dipasaran namun seiring dengan waktu pamor buah naga berdaging putih mulai redup, dan buah naga warna merah yang semakin banyak diminati. System perawatan pada tanaman buah naga harus sangat diperhatikan, apalagi bagi tanaman bibit, pengairan yang kurang sesuai dengan prosedur maka akan merusak tanaman.
Pengairan tanaman yang berlebihan dapat menyebabkan keadaan tanah menjadi lembab dan akan tumbuh jamur perusak batang bawah yang menyebabkan batang tersebut menjadi busuk. Sanitasi kebun juga merupakan salah satu unsur pemeliharaan yang penting, karena tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Pemuliaan Tanaman. http://id.wikipedia.org . Diakses pada tanggal 3 Desember 2012.
Dahana, K. dan Warisno. 2010. Buku Pintar, Bertanam Buah Naga (di kebun, pekarangan, dan dalam pot). Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Deptan. 2003. Pengembangan Agribisnis Buah Naga (Dragon Fruit) Indonesia dalam Mencapai Pasar Ekspor. http://agribisnis.deptan.go.id/index.php?files=berita_detail&id=412 . Diakses pada tanggal 3 Desember 2012.
Hardjadinata, S. 2010. Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kristanto, D. 2003. Buah Naga Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mahadianto, Nur. 2007. Budidaya Buah Naga (Dragon Fruit). http://agribisnis.deptan.go.id. Diakses Pada Tanggal 3 Desember 2012.
Simatupang, L. 2007. buah Naga Segar dan Nikmat. http://food_details.phpDiakes pada tanggal 3 Desember 2012